nusantarabaru.co.id | Ratusan petani di seluruh Australia menggelar aksi protes besar-besaran pada Selasa (10/9) untuk menentang kebijakan pertanian pemerintah.
Mereka menilai kebijakan tersebut sangat dipengaruhi oleh aktivis lingkungan dan kesejahteraan hewan, yang pada akhirnya merugikan mata pencaharian mereka.
Australia, sebagai salah satu eksportir pertanian terbesar dunia, kini dihadapkan pada ketegangan antara pemerintah dan para petani.
Petani merasa pemerintah Buruh berhaluan kiri-tengah lebih mengutamakan agenda lingkungan dengan membatasi berbagai kegiatan pertanian.
Langkah-langkah seperti pelarangan ekspor domba hidup, pembatasan penggunaan air, serta percepatan pembangunan energi terbarukan di wilayah pedesaan dianggap sebagai ancaman bagi kelangsungan hidup mereka.
David Jochinke, Presiden Federasi Petani Nasional (NFF), dalam orasinya di depan gedung parlemen Australia di Canberra, menyuarakan kekecewaannya.
Kami layak mendapatkan penghormatan, ujarnya tegas.
Ada suara-suara yang bersatu melawan kami. Kami merasa tidak dilibatkan dalam penentuan kebijakan yang seharusnya berpihak kepada kami.
Aksi ini tidak dihadiri oleh perwakilan pemerintah. Namun, Menteri Pertanian Australia, Julie Collins, dalam pernyataannya kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC), menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk mendengarkan para petani.
Ia juga menambahkan bahwa pemerintah telah berupaya membantu petani melalui perluasan akses pasar luar negeri dan investasi dalam biosekuriti.
Dengan kebijakan yang semakin ketat dan tekanan dari berbagai pihak, masa depan sektor pertanian di Australia kini berada dalam sorotan, terutama terkait keseimbangan antara keberlanjutan lingkungan dan kelangsungan ekonomi petani.***