Bali (NusantaraBaru) – Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) sekaligus Anggota DPR RI, Bambang Soesatyo, melantik Pengurus Pusat Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) periode 2024–2027 dalam acara di Blackstone Villa Bali, Jumat malam lalu (3/1/2025).
Dalam pelantikan ini, Jos Dharmawan terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum PPMKI melalui Musyawarah Nasional PPMKI yang sebelumnya digelar di Bali pada awal Desember 2024.
Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, menyampaikan harapannya agar PPMKI terus menjadi motor penggerak dalam pelestarian kendaraan kuno di Indonesia.
Melalui komitmen dan kerja keras pengurus yang baru, mobil kuno dapat terus hidup dan menjadi bagian integral dari budaya serta sejarah otomotif bangsa. Selain itu, mobil kuno juga memiliki potensi besar untuk mendukung industri pariwisata dan ekonomi negara, ujar Bamsoet.
Acara pelantikan tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting, termasuk Dewan Pembina IMI Komjen Pol (Purn) Nanan Soekarna, Ketua IMI Bali Ajik Krisna, dan Ketua PHRI Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Selain itu, pengurus pusat dan daerah PPMKI juga turut hadir, menandai semangat kolaborasi yang kuat untuk masa depan komunitas mobil kuno di Indonesia.
Mobil Kuno: Jejak Sejarah yang Harus Dilestarikan
Menurut Bamsoet, pelestarian mobil kuno mencerminkan perjalanan peradaban bangsa sejak era Hindia Belanda hingga Jepang.
Sejarah mencatat, pada periode 1895-1930, sekitar 500 mobil masuk ke Indonesia, sebagian besar milik pejabat kolonial dan pengusaha Belanda.
Hingga tahun 1939, jumlah kendaraan di Hindia Belanda mencapai 51.615 unit, mencakup truk, mobil pribadi, dan kendaraan dinas.
Mobil-mobil kuno ini tidak hanya sekadar alat transportasi, tetapi juga simbol perkembangan industri otomotif dunia. Sebagai contoh, mobil era 1960-an hingga 1980-an, seperti Volkswagen Kombi dan Ford Mustang, merepresentasikan gaya hidup dan teknologi yang khas pada zamannya, jelas Bamsoet.
Kontribusi Sosial dan Ekonomi Komunitas Mobil Kuno
Pelestarian mobil kuno tidak hanya bernilai historis, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
Restorasi mobil kuno membutuhkan tenaga ahli, membuka peluang kerja bagi mekanik, restorator, serta pelaku industri suku cadang.
Selain itu, kegiatan komunitas seperti pameran dan touring mobil kuno mampu menarik wisatawan, mendukung sektor pariwisata, dan meningkatkan pendapatan daerah.
Komunitas penggemar mobil kuno menggambarkan fenomena yang melibatkan hobi, budaya, dan ekonomi. PPMKI diharapkan dapat memperkuat relasi sosial antar anggota serta berkontribusi nyata bagi perekonomian nasional, imbuh Bamsoet.
Bamsoet juga menekankan pentingnya solidaritas dalam komunitas melalui berbagi pengalaman, teknik restorasi, dan kolaborasi antaranggota.
Dengan begitu, kendaraan kuno dapat tetap menjadi warisan budaya yang hidup dan terus berkembang di tengah modernisasi.
Melalui kepemimpinan Jos Dharmawan dan dukungan penuh dari seluruh anggota, PPMKI optimis dapat mewujudkan visi melestarikan mobil kuno sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah dan budaya Indonesia. ***