Jakarta, 5 Oktober (NusantaraBaru) – Bambang Soesatyo kembali menekankan urgensi pembentukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Siber sebagai langkah penting dalam memperkuat kemandirian pertahanan nasional dan mengurangi ketergantungan pada pihak asing.
Menurutnya, perkembangan ancaman di era digital membuat Indonesia harus siap menghadapi serangan siber yang semakin kompleks.
Konteks Geopolitik Indonesia dan Ancaman Siber
Indonesia berada di posisi geopolitik yang rawan, dikelilingi oleh negara-negara anggota perjanjian pertahanan Five Power Defence Arrangements (FPDA), yaitu Malaysia, Singapura, Australia, Selandia Baru, dan Britania Raya.
Selain itu, Indonesia juga terjebak di antara pertarungan geopolitik kekuatan besar seperti Rusia, China, dan Amerika Serikat.
Kondisi ini menuntut Indonesia untuk memperkuat kapabilitas pertahanannya, termasuk di ranah siber.
Dunia saat ini sudah memasuki era digitalisasi di mana operasi militer dapat dikendalikan dari jarak jauh dengan kecepatan, ketepatan, dan akurasi yang tinggi. Sudah saatnya Indonesia membentuk Angkatan Siber sebagai matra keempat TNI, ujar Bamsoet saat memperingati HUT ke-79 TNI di Jakarta, Sabtu (5/10/2024).
Keberadaan Angkatan Siber, lanjutnya, akan melengkapi TNI Angkatan Darat, Laut, dan Udara.
Perbandingan dengan Negara-Negara Lain
Bambang Soesatyo juga menjelaskan bahwa banyak negara sudah menyiapkan diri menghadapi perang generasi kelima yang berbasis siber.
Amerika Serikat, misalnya, memiliki U.S. Cyber Command, pasukan siber yang bertugas melindungi jaringan militer dan melakukan operasi siber ofensif.
Selain itu, National Security Agency (NSA) juga dikenal memiliki kemampuan intelijen siber yang kuat.
China, dengan unit siber di bawah Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), juga terlibat dalam spionase siber dan serangan terhadap infrastruktur kritis negara lain.
Serangan siber China sering kali dikaitkan dengan pencurian informasi teknologi dan militer.
Rusia, melalui FSB dan GRU, juga memiliki unit siber yang terkenal dengan operasi sulit dilacak, termasuk serangan terhadap pemilu di berbagai negara.
Bambang juga menyebut Korea Utara dengan Bureau 121 yang terkenal agresif melakukan serangan siber, terutama untuk tujuan finansial.
Sementara itu, Iran dan Inggris juga memiliki pasukan siber yang aktif dalam serangan dan perlindungan jaringan nasional.
Langkah Penting untuk Indonesia
Bambang Soesatyo, yang juga menjabat sebagai Ketua MPR RI ke-16, menegaskan bahwa pembentukan TNI Angkatan Siber adalah langkah strategis untuk menghadapi ancaman pertahanan yang lebih kompleks di masa depan.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa pembentukan ini memerlukan perencanaan matang, kolaborasi lintas sektor, dan dukungan sumber daya yang memadai.
Sebelum terbentuknya Angkatan Siber, langkah bijak yang bisa diambil adalah memperkuat satuan atau lembaga siber yang sudah ada. Ini penting untuk menjaga kedaulatan siber Indonesia, pungkasnya.
Dengan pembentukan Angkatan Siber, Indonesia akan memiliki pertahanan lebih kuat di dunia digital, yang akan memperkuat ketahanan nasional di tengah tantangan global yang semakin berat. ***